Senin, 05 November 2012

Akan dibawa kemanakah "gelar" mu..

Terinspirasi tulisan saudara ku (yang nggak seberapa tapi luar biasa, he..) Feri Firdaus, S. I.Kom dalam Blog pribadinya yang berjudul MENJEMPUT IMPIAN.
Sepertinya, jadi ingin menulis hal yang mungkin serupa tapi sama sekali tidak sama.

Gelar sarjana.. hal yang membanggakan bagi kebanyakan orang.
Proses pendidikan yang ditempuh dengan penuh perjuangan-versi tiap individu berbeda-tersendiri. Ada yang terhambat karena dana, ada yang tersandung karena "harus" berbagi fokus dan pikiran dengan amanah lain di luar akademik, dan pergolakan batin antara kemauan orang tua dan minat sang anak.

"Man jadda wajada", siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.
Kalimat pamungkas yang menjadi tema sebuah Novel yang diluncurkan pula versi filmnya, Negeri 5 Menara.
Bukan untuk membahas bagaimana perjuangan 6 sahabat dan segala ceritanya di Pondok Madani tersebut, tapi kaitan kalimat tersebut dengan "proses pendidikan" yang saya sebutkan sebelumnya.

Bagi mahasiswa yang kali ini ingin saya sebut sebagai "pejuang", keterbatasan dana sering kali tidak menjadi masalah yang berarti. Dunia sudah sangat canggih dengan pola berpikir manusianya yang semakin berkembang. Bukan lagi seperti makhluk nomaden yang mendekati sumber-sumber alam untuk bertahan hidup. Tapi para pejuang itu mampu menaklukan masalahnya dengan berwirausaha misalnya. Dari hal kecil seperti berjualan pulsa, atau sampai hal yang spektakuler seperti bisnis jamur dan menjadi ahli atau master trainer misalnya (hehehe.. yang tau pasti senyum-senyum).

Tak hanya itu, beasiswa yang cukup banyak macamnya juga siap-sedia membantu permasalahan para pejuang itu. Namun untuk yang satu ini, saya masih lugu. Bukan antipati ataupun menjadi orang yang -sok-serba ada. Tapi iilfeel sangat mencederai pandangan saya tentang proses pemilihan kelayakan penerima beasiswa ini. masih jelas dalam ingatan, orang berada dengan kendaraan mobil yang terkadang dikendarainya untuk kuliah, mendapatkan beasiswa yang digunakan untuk -sekedar- mentraktir teman. Sedangkan orang lain yang benar-benar layak, whuuusss... kurang beruntung.
Pertanyaan : Adilkah ?

Surat terakhir untuk mu..

Sinar mentari kian memudar
Lembayung senjapun makin merona
Membias indah ke wajah rembulan
Yang malu-malu menatap sang malam

Untaian bintang berkelip benderang
Menghias angkasa yang gulita
Kucoba arungi malam yang sunyi
Di dalam dzikir hatiku padaNya

Ya Allah ? kini malamMu t'lah singgah
Ke dalam hati hambamu yang resah
Ya Allah ? lukisan malamMu nan megah
Iringi daku sujud, bermuhasabah

Sinar mentari bersinar lagi
Menyapa kilauan siembun pagi
Kicau kenari sapa melati
Menjadi melodi warnai hari

Langit biru berhiaskan awan
Mengajak sang surya beranjak terang
Hangat sinarnya beri harapan
'Tuk isi hari yang t'lah Kau beri

Ya Robbi ? siangmu kini kembali
Kan kucari rizki dan taqwa diri
Ya Robbi ? kini kian aku sadari
Dimalam dan siang hari

 
Bismillahirrohmaanirrohiim...
Teruntuk adikku, Nadia. Adik yang sangat Mas sayang.